
Harian Kedaulatan Rakyat, 06/03/2009 00:34:19
Tiga kali memimpin operasi pemisahan bayi kembar siam dan 4 kali melaksanakan operasi ‘bayi dalam bayi’ telah mengantarkan dr Rohadi SpB-KBA meraih penghargaan sebagai insan berprestasi dari Dekan Fakultas Kedokteran (FK) UGM. Penyerahan penghargaan itu itu disampaikan Prof dr Ali Gufron Mukti MSc PhD dalam rangkaian Dies Natalis ke-63 FK-UGM di Auditorium FK-UGM, Kamis (5/3).
”Penghargaan karena kebesaran Tuhan YME atas keberhasilan tim operasi bedah yang selama ini menjalin kebersamaan untuk sebuah kemanusiaan, tujuh kasus operasi berat bisa dilaksanakan dengan baik dan berhasil. Saya tak menduga perjuangan teman-teman dalam operasi kembar siam dan bayi dalam bayi mendapat penghargaan,” ujar dr Rohadi seusai menerima penghargaan insan berprestasi.
Semua bayi kembar siam dan bayi dalam bayi selamat, bayi kembar operasi pertama sudah berusia 3 tahun, kedua berusia 2 tahun dan operasi ketiga sudah berusia 1,5 tahun. Sementara operasi bayi dalam bayi saat ini sudah sekolah di SMA, SMP, SD dan TK. Suatu kebahagiaan tersendiri, karena mereka hingga sekarang sehat-sehat. Saya berterima kasih kepada FK-UGM yang telah memberikan peluang untuk melaksanakan operasi itu.
”Lebih-lebih kepada RS Dr Sardjito yang telah memberikan kepercayaan dan fasilitas penuh kepada Tim untuk melakukan operasi,” ujarnya, yang mengaku tidak mudah mengkoordinir begitu banyak dokter dari berbagai keahlian, untuk suatu operasi bayi kembar siam.
Apa kesan pada saat melakukan tugas operasi? Ia mengatakan menyandarkan sepenuhnya kepada kekuasaan Tuhan YME, karena penempelan bayi kembar siam sangat kompleks. Ia memerlukan kecermatan operasi tinggi, yang didukung oleh ahli berbagai disiplin ilmu dan masyarakat yang telah mempercayakan kepada RS Dr Sardjito. Keberhasilan sebuah operasi juga karena dukungan keluarga pasien.
Dijelaskan oleh Pengelola Program Studi Bedah Anak FK-UGM, Ketua Tim Bedah Bayi Kembar Siam RS Dr Sardjito, sebenarnya program studi Bedah Anak ini bisa diikuti oleh dokter umum yang nantinya sebagai dokter ahli bedah anak yang pendidikannya selama 10 semester. Bedah ini khusus kelainan anak di bawah usia 14 tahun, terutama untuk menangani kelainan bawaan.
”Seperti infeksi usus buntu, hernia, hidrokel, testis tertinggal (satu), muara air kencing yang tidak pada tempatnya dan lain-lain,” ujar kakek dari 4 cucu ini. (Adisupo)-n